ads ads ads ads

Rabu, 29 Desember 2010

Sistem Keperawatan di Jepang Part 1


Mungkin banyak yang penasaran mengenai sistem keperawatan di Jepang, berikut hasil pengalaman anak anak Indonesia dan hasil diskusi dari berbagai Universitas di Indonesia.

Mereka umumnya datang ke Jepang di bawah program ekonomi bilateral dengan pemerintah Indonesia. Setibanya disana, mereka harus melalui pelatihan bahasa Jepang selama 6 bulan. Yang harus dipelajari adalah hiragana, katakana, dan tentu saja kanji.

Tapi yang paling berat adalah lulus dari test nasional. Sebelum di test pun, para perawat harus bekerja selama 3-4 tahun dengan status "karyawan lepas" atau "magang."

Setelah 3-4 tahun bekerja, terus di test, terus gagal... ya harus pulang kampung.

Yang paling berat itu menjaga mental. Kalo tidak kuat mental, pasti nangis. Dari dulu Jepang memang terkenal dengan etos kerja yang keras dan berdisiplin tinggi. Mungkin hal ini yang kurang diperhatikan dan di biasakan di bangsa kita yang membuat kita 'Kaget'.

Sistem pendidikan keperawatan di Jepang lebih sederhana dibanding dengan Indonesia, materi yang disampaikan dengan menggunakan metode sederhana tapi menarik sehingga mudah dipahami oleh mahasiswanya. Misalnya, suatu materi disampaikan dengan menggunakan gambar-gambar lucu, bahkan teksbooknya dibuat menarik dengan warna dan gambar yang lucu-lucu. Buku apapun di Jepang selalu menggunakan gambar-gambar lucu termasuk buku untuk kuliah sehingga minat baca dari mahasiswa pun lebih tinggi.

Di Jepang ada rumah sakit kampus. Rumah sakit ini jadi lahan pratikum atau laboratorium para mahasiswa keperawatan jadi skill keperawatannya sangat diasah.

Semua orang di Jepang sangat respek satu sama lainnya terutama perawatnya. Maka dari itu di Jepang tidak ada image perawat yang “nyeremin” atau “jutek” seperti di Indonesia. Sistem pelayanan kesehatan di rumah sakitnya pun sudah sangat baik. Orang yang sakit diperlakukan semestinya dan dilatih secara mandiri. Pasien tidak akan merasa berbeda karena kondisi kesehatannya menurun, mereka masih bisa jalan-jalan sendiri tanpa didampingi perawat. Pasien pun dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti belanja, potong rambut, atau makan di kafe karena rumah sakit di negeri sakura ini dibuat menyerupai mall jadi pasien tidak akan merasa terpuruk dengan penyakit yang dideritanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar