Hotel cinta di Jepang kini menarik peminat lebih dari pasangan yang ingin berduaan selama beberapa jam. Investor juga berminat; pasar luas ini nampaknya membuktikan bisa lebih tahan terhadap guncangan resesi dibanding industri hotel biasa. Kini terdapat sekitar 25.000 hotel cinta di Jepang yang diperkirakan dikunjungi sekitar 500 juta kali dalam setahun. Biasanya sekelompok dengan stasiun kereta api, bisnis ini berkembang pesat ditengah resesi ekonomi yang snagat buruk saat ini. Didesain dengan flamboyan dan dinamai dengan nama eksotis - Hotel untuk Anda, Istana Matahari - hotel ini menawarkan ruangan disewa per jam, seringkali disingkat dengan penawaran istirahat singkat atau perpanjang. Kontak dengan pegawai sengaja dibuat minimal. Ini adalah bisnis yang memang berjalan dengan rahasia. Sebagian malah dilengkapi garasi dan pintu bawah tanah, sementara yang lain menyediakan lapisan untuk mengaburkan pelat nomor kendaraan pengunjung. Banyak pengunjung menggunakan hotel ini sebagai lokasi selingkuh atau bertemu pekerja seks komersial, meskipun banyak juga yang merupakan pasangan yang hendak mencari tempat lebih lapang dari apartemen yang umumnya sempit di Jepang. Negara padat Di sejumlah hotel meja penerima tamu sudah diubah dengan layar sentuh dilengkapi dengan gambar kamar, terang kalau kosong, gelap kalau terisi. Hotel cinta menawarkan waktu untuk menyendiri terpisah dari kepadatan di sebuah negara dimana privasi adalah barang langka. Yuichi Ito dan Kyoko Shio adalah tipikal warga Jepang usia 20-an, yang masih tinggal dengan orangtua. "Keluarga saya terdiri dari ayah dan ibu, serta dua adik laki-laki," kata Yuichi Ito. "Namun kami hanya memiliki empat kamar, jadi rumah sangat padat." Dia menambahkan bahwa dirinya dan pacar, yang bertemu di AS saat sekolah, kadang mengunjungi hotel cinta agar bisa berduaan. Menyediakan privasi adalah bisnis besar di Jepang. Industri hotel cinta ini sangat besar, diperkirakan bernilai $40 miliar dollar setahun. Pemilik hotel juga mengaku mereka hampir tidak terimbas resesi sama sekali. "Tentu saja beberapa hotel kena dampak, tapi hotel cinta tidak," kata Joichiro Mochizuki, seorang eksekutif perusahaan yang mengelola beberapa hotel cinta, termasuk Asian P-Door di Tokyo. "Tidak seperti hotel umumnya, tidak seperti hotel bisnis - hotel cinta ini mengalami penurunan 3-4% tetapi tetap saja tingkat hunian kami mencapai 400%." Itu berarti, rata-rata, dalam sehari tiap kamar dipakai empat kali. Reputasi jelek Pengusaha Inggris Steve Mansfield melihat ada potensi besar terkait industri ini, meski umumnya dicibir oleh perusahaan besar Jepang karena dianggap punya reputasi jelek. Kamar-kamar dalam hotelnya nampak biasa. Menurut Mansfield yang dikehendakinya adalah menciptakan situasi ruangan ideal seperti rumah penyewa andai saja uang bukan masalah baginya. Tentu saja ada tempat tidur, televisi layar datar dan proyektor, mesin karaoke dan sebuah kamar mandi diluar pada ruang yang lebih mahal. Juga ada mesin penerima bayaran di tiap pintu kalau-kalau pengunjung ingin keluar tanpa ada yang melihat. Perusahaan Mansfield, Japan Leisure Hotels, terdaftar di pasar AIM London, kini menjalankan enam hotel, dan siap mengembangkan tambahan hotel lagi. "Waktu kami periksa dan melihat ada peluang - 90% pemilik mempunyai lima hotel atau kurang - kami pikir ini menarik," katanya. "Ini adalah industri besar tanpa pemimpin pasar dan ada peluang besar untuk konsolidasi." Warga Jepang mungkin terpaksa mengirit untuk banyak hal akibat lemahnya ekeonomi - namun tidak untuk beberapa jam berduaan dengan orang tersayang. |
Selasa, 11 Januari 2011
Hotel Cinta DiJepang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar