Tokoh Lintang dalam film Laskar Pelangi.
Dalam film dan novel Laskar Pelangi, Lintang adalah sosok murid
yang sangat cerdas. Dia tinggal puluhan kilometer dari SD Muhamadiyah
Gantung yaitu di daerah Tanjung Klumpang, Bangka Belitung. Setiap hendak
sekolah, Lintang selalu dihadang buaya besar namun kerasnya hidup
pernah tak membuatnya putus asa.
Lintang terus belajar. Dia bahkan menjadi penentu kemenangan SD
Muhammadiyah Gantung dalam lomba cerdas cermat. Suatu hari, Lintang
tidak pernah kembali ke sekolah. Ayahnya hilang saat melaut. Lintang pun
harus tinggal di rumah mengasuh sang adik.
SCTV mencoba menelusuri keberadaan Lintang di dunia nyata.
Pencarian membawa menelusuri pelosok Tanjung Klumpang yang bertahtakan
pemandangan Pantai Belitung yang indah. Beberapa orang yang
disebut-sebut sebagai Lintang muncul. Tapi ternyata mereka bukanlah
Lintang, anak miskin yang cerdas.
Siapa sebenarnya Lintang? Mungkin hanya Andrea Hirata-lah yang tahu.
Namun yang pasti sosok seperti Lintang sebenarnya banyak terdapat di
Tanah Air. Anak pintar yang tidak bisa berbuat apa-apa karena harus
mengalah pada nasib.
Husaini Rasyid alias Kucai.
Siapa ketua kelas anak-anak Laskar Pelangi? Jawabannya adalah Kucai.
Bakat kepemimpinan Kucai ketika anak-anak saat ini terbukti. Kucai yang
mempunyai nama asli Husaini Rasyid saat ini menjadi Ketua Komisa A DPRD
Belitung Timur dari Partai Bulan Bintang. Husaini bukan murid Sekolah
Dasar Muhamaddiyah Gantung, tapi menjadi bagian dari Laskar Pelangi saat
sama-sama belajar di sekolah menengah pertama dan atas.
Husaini punya pengalaman pahit di waktu kecil yang melecut
semangatnya untuk keluar dari kesulitan ekonomi. Tamat SMA, Husaini
melanjutkan kuliah di Fakultas Pendidikan Olah Raga, IKIP Bandung. Pada
tahun 2000 ia pulang ke Belitung dan terjun ke dunia politik. Husaini
ingin membuat hidup lebih berati bagi masyarakat Belitung yang
menurutnya masih tertinggal. "Kita berusaha menjadi orang yang
bermanfaat bagi orang lain," kata Husaini, belum lama ini.
Kucai telah memegang jabatan penting di Kabupetan Belitung Timur.
Mudah-mudahan ia akan selalu ingat pesan teman sekolahnya di SD
Muhammadiyah Gantung.
Akiong
Dalam film dan novel Laskar Pelangi, Akiong adalah satu-satunya murid
keturunan Tionghoa di Sekolah Dasar Muhamadiyah Gantung yang digambarkan
sebagai sepupu Aling. Wanita yang menjadi cinta pertama Ikal atau
Andera Hirata.
Akiong mempunyai nama asli Caw Kin Ciong. Ia adalah anak buruh PN Timah.
Di Kecamatan Gantung, nama Akiong tak begitu dikenal karena sejak
remaja menjadi muslim dan berganti nama menjadi Aman. Aman kecil
bercita-cita membela nama daerah sebagai atlet.
Sayangnya keadaan ekonomi memupus cita-cita Akiong muda. Pendidikan di
bangku sekolah SD Muhamadiyah Gantung mengajarkannya untuk tidak mudah
menyerah pada nasib. Semua usaha dicoba. Akiong pun mulai melupakan
cita-citanya yang mulia.
Sampai akhirnya sejak tahun 1988 Akiong membuka sebuah kedai kopi di
salah satu sudut Pasar Gantung, pasar terbesar yang di Kabupaten
Belitung Timur. Menurut Bu Muslimah yang merupakan guru SD Muhamdiayah
Gantung Akiong adalah anak yang cerdas.
Akiong atau Aman adalah contoh nyata tidak meratanya hasil pembangunan
di Belitung sejak tahun 70-an. Masyarakat asli tidak dapat menikmati
enaknya uang dari hasil penambangan timah yang melimpah ruah.
Waktu tidak pernah bisa diputar kembali. Kini Akiong harus melupakan
cita-citanya sebagai atlet sambil melihat lubang-lubang bekas
pertambangan yang ditinggal pergi begitu saja oleh pemiliknya. Akiong
harus kalah oleh keadaan.
Ahmad Fajri, tokoh tokoh Mahar di Film Laskar Pelangi.
Tokoh Mahar dalam film Laskar Pelangi ternyata memiliki versi asli.
Mahar di kehidupan nyata adalah Ahmad Fajri yang berprofesi sebagai
guru. Ia mengajar akuntansi di Sekolah Menengah Atas 2 Tanjung Pandan,
Belitung. Keberhasilannya menjadi guru tak lepas dari jasa Ical yang tak
lain adalah Andrea Hirata.
Semasa kecil, Ahmad bercita-cita menjadi seorang insinyur. Cita-cita itu
akhirnya kandas karena keluarga Ahmad tak memiliki biaya. Kondisi itu
tak lantas menyurutkan langkah Ahmad. Ia menyelesaikan pendidikan hingga
SMA. Ketika itu, Ahmad bertemu Andis yang mengajak dirinya melanjutkan
kuliah.
Ajakan itu ditanggapi Ahmad dengan ragu-ragu. Ketika itu ayah Ahmad
telah meninggal dan ia memiliki tiga orang adik. Keraguan bapak dua
putri itu sirna setelah ia bertemu Andis. "Kawan itu bilang kami harus
kuliah bagaimana pun caranya," kata Ahmad. Ia pun akhirnya berhasil
menyelesaikan jenjang kuliah dan bekerja sebagai guru.
Ahmad kecil tak jauh berbeda dengan Mahar. Ia senang bernyanyi dan
berbakat menjadi pemimpin. Di mata murid-muridnya, Ahmad adalah sosok
guru yang bisa menjadi teman. Cara ia mengajar mudah untuk dimengerti.
Ahmad juga dikenal sebagai guru yang baik hati dan bersahaja.
Kini Ahmad hidup bersama seorang istri dan kedua putrinya. Ia bertekad
akan memberikan yang terbaik bagi kedua buah hatinya. Tekad kuat Ahmad
untuk lepas dari kemiskinan telah berbuah manis.
erita Laskar Pelangi diangkat dari kisah nyata kehidupan
anak-anak Pulau Belitung, Bangka Belitung, yang mengejar pendidikan di
era 70-an. Meski didera kemiskinan, beruntung anak-anak Laskar Pelangi
mempunyai guru seperti Bu Muslimah yang tidak pernah menyerah oleh
keadaaan.
Tak berbeda dengan di film, Bu Muslimah yang asli hingga kini masih
mengajar di Sekolah Dasar Negeri 06 Gantong, Belitung. Di SD
Muhammadiyah Gantong, dulunya, Bu Mus bahu membahu mempertahankan
sekolah dengan seorang lelaki yang sebenarnya adalah ayahnya sendiri,
Abdul Kadir Hamid. Dalam film Laskar Pelangi, sosok sang ayah muncul melalui karakter Pak Harfan.
Usia Bu Mus kini memang tidak muda lagi dan hampir memasuki usia
pensiun. Ia bisa saja tinggal di rumah dan bermain dengan tiga orang
cucunya. Namun, semangatnya untuk mengajar tidak pernah padam. Lima hari
dalam sepekan, ia selalu mengayuh sepedanya ke SDN 06 Gantong untuk
mengajar.
Menjadi guru sebenarnya bukanlah cita-cita Muslimah remaja, karena
sebagai lulusan Sekolah Kepandaian Putri, ia kelak ingin menjadi
penjahit. Namun Bu Mus telah membuktikan melalui pengabdiannya, ia
berhasil menjadi guru yang dicintai sekaligus dihormati muridnya.
Pemerintah pun mengapresiasi pengabdian Bu Mus. Saat peringatan Hari
Guru Nasional dan HUT PGRI di Jakarta, Selasa lalu, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono atas nama pemerintah menganugerahkan tanda jasa Satya
Lencana Pendidikan kepada guru yang bersahaja ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar