ads ads ads ads

Senin, 13 Februari 2012

Valentine Di Jepang: Malu-Malu Dan Kaku

Di Jepang, wanitalah yang memberikan hadiah untuk pria di hari kasih sayang ini. Mereka biasanya memberikan coklat yang dibungkus rapi dengan kertas kado dan pita cantik.

Valentine Di Jepang: Malu-Malu Dan Kaku

Namun, meskipun dengan pesatnya perkembangan teknologi dan kontak sosial dengan masyarakat dunia, masih banyak pasangan suami-istri di Jepang terpaku dalam tradisi kuno yang serba malu-malu dan kaku. Mereka jarang, atau bahkan tidak pernah, mengatakan "Aku Cinta Kamu."

Tapi saat ini, di hari Valentine ini, mereka sedang belajar untuk mengungkapkan cinta mereka dengan paru-paru mereka. Yup, puluhan pria naik ke panggung dalam acara "Teriakan Cinta Anda!" di taman kota Tokyo. Disana para pria berteriak di depan umum apa yang, anehnya, mereka tidak bisa katakan jika sedang berduaan saja.

Seorang pria melangkah ke mikrofon dan di depan kerumunan orang, dia berteriak: "Aku ambil cuti kerja hanya untuk datang kemari! Kamu tidak tahu betapa besar cintaku!"

Bahkan, untuk para pria yang benar-benar pemalu yang tidak tahu bagaimana caranya mengekspresikan kasih sayang, mereka sampai diberikan pelatihan lengkap tentang cara memeluk pasangannya.

Yoshiharu Nishiguchi, seorang salesman berusia 30-an, adalah salah satu peserta yang paling antusias di acara tersebut. Sang istri, Rieko, juga diberikan kesempatan untuk meneriakkan perasaan mereka. "Aishiteru yo, Yoshiharu!" teriaknya.

Tapi Yoshiharu tidak membutuhkan pelatihan apapun untuk menyatakan cintanya. Dia mengatakan bahwa dirinya bukanlah orang Jepang tradisional. Alih-alih pergi dengan rekannya sepulang bekerja untuk minum sake, dia malah langsung pulang ke rumah.

Rieko mengaku kehidupan mereka sekarang sangatlah jauh berbeda dengan kehidupan orang tuanya, yang tidak ada pernyataan saling mencintai sama sekali.

"Ibu dan ayah adalah kebalikannya dari kami. Mereka memiliki rumah tangga yang amat sangat formal, sehingga tidak mungkin untuk bisa berkata, 'Aku mencintaimu'," kata Yoshiharu. "Jepang adalah bangsa pemalu. Kami berpikiran bahwa cinta tidak memerlukan kata-kata. Tentu itu ada benarnya juga, tapi cinta tetap harus dinyatakan lewat mulut."

Bagi para pasangan Jepang, baik yang sudah menikah ataupun belum, cinta kasih itu sangat penting... meskipun kata-kata seperti "Aku Mencintaimu" seringkali hilang, tertimbun di dalam kekakuan tradisi masyarakat Jepang kuno

Tidak ada komentar:

Posting Komentar